Cara Kerja Ubah CO2 dan Sampah Plastik jadi EBT Tekan Emisi Karbon

Novaeny Wulandari Penulis

29 Januari 2024

total-read

13

2 Menit membaca

Cara Kerja Ubah CO2 dan Sampah Plastik jadi EBT Tekan Emisi Karbon

Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menekan emisi karbon. Tim peneliti University of Cambridge, Amerika Serikat (AS) berhasil membuat terobosan dengan memproduksi bahan bakar berbasis energi baru terbarukan (EBT) pengganti fosil (batu bara). Mereka sukses mengubah limbah sampah plastik menjadi EBT.

Teknologi itu menggunakan energi Matahari sebagai reaktor. Reaktor itulah yang menangkap CO2 dan sampah plastik yang kemudian diubah menjadi bahan bakar dan bahan kimia.

Melalui metode tersebut, para peneliti berhasil mengubah CO2 menjadi syngas atau gas sintetis. Untuk diketahui, syngas adalah prekursor penting untuk bahan bakar cair yang berkelanjutan.

Pada percobaan yang mereka lakukan, tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Erwin Reisner di Departemen Kimia Yusuf Hamied berhasil mengubah botol plastik menjadi Asam glikolat (Glycolic acid)–bahan kimia yang sering digunakan untuk produk kosmetik–. 

Pada eksperimen sebelumnya, tim peneliti memanfaatkan sumber CO2. Namun untuk penelitian kali ini, CO2 diekstraksi dari limbah industri dan udara sekitar.

Teknologi itu bahkan mampu menangkap, memusatkan, dan mengubah CO2 menjadi bahan bakar baru terbarukan. 

Inspirasi pembuatan tersebut berasal dari proses fotosintesis, yang mana tanaman bisa mengubah sinar Matahari menjadi makanan.

Dengan konsep yang sama, mereka mengembangkan “daun buatan” untuk mengubah CO2 menjadi bahan bakar dengan bantuan sinar matahari. Walaupun sudah berhasil, penggunaannya masih bergantung pada keaktifan alat tersebut saat menangkap sinar Matahari. 

Hambatan utama yang ditemui adalah banyaknya molekul pada udara yang dihirup. Sehingga teknologi tersebut perlu kerja keras untuk menyeleksi dan mengubah CO2 yang ada.

Teknologi itu dirancang untuk dapat membantu mengurangi emisi karbon dalam jangka waktu menengah. Dengan begitu, bisa menggeser penggunaan atau ketergantungan terhadap bahan bakar fosil (batu bara) yang saat ini masih menjadi bahan bakar utama di seluruh Dunia.

Terobosan itu juga masih terus dikembangkan oleh tim peneliti University of Cambridge dan sudah dipublikasikan pada jurnal daring Journal of Electrical Engineering (Joule). Kedepannya teknologi ini bisa menghilangkan kebutuhan ekstraksi minyak dan gas yang berbahaya.  

#energi-terbarukan#perusahaan-energi-bersih

Populer

Terbaru