Melirik Inisiatif Transisi Energi dari Masjid
Sita Mellia • Penulis
27 Maret 2025
10
• 5 Menit membaca

Demi mendukung transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, berbagai masjid telah mengambil langkah progresif dengan mengadopsi energi terbarukan, khususnya melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. Inisiatif ini tidak hanya mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi operasional masjid.
Selain mengurangi jejak karbon masjid, memasang PLTS di atap masjid dapat menghemat fiskal negara. Studi oleh Elshurafa et al tahun 2019 menunjukkan, pemasangan solar PV dapat menghemat biaya pengeluaran masjid tahunan, bahkan tanpa dukungan kebijakan dari pemerintah. Dengan memanfaatkan energi surya, masjid dapat mengurangi tagihan listrik bulanan atau tahunan secara signifikan, sehingga sisa dana dapat dialokasikan untuk program sosial dan pendidikan.
Berikut adalah contoh-contoh inisiatif transisi energi yang sudah dilakukan di masjid-masjid di Indonesia dan luar negeri.
1. Masjid Istiqlal, Jakarta.
Masjid Istiqlal, salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara, mengambil inisiatif transisi energi dengan memasang sistem PLTS atap untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil serta menekan dampak perubahan iklim. Dengan 504 panel surya yang terpasang, sistem ini memiliki kapasitas 150 kilowatt peak (kWp) dan mampu mengurangi emisi karbon hingga 119 ton per tahun, setara dengan kemampuan 414 pohon dalam menyerap karbon.
Selain manfaat lingkungan, pemasangan PLTS atap di Masjid Istiqlal juga memberikan keuntungan ekonomi dengan menghemat sekitar 20% biaya listrik. Dengan berkurangnya ketergantungan pada energi konvensional, masjid dapat mengalokasikan anggaran lebih besar untuk kegiatan sosial dan keagamaan, sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh lingkungan tetapi juga oleh jamaah masjid.
2. Masjid KH Ahmad Dahlan, Malang
Masjid yang terletak di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, sudah memasang PLTS sejak Agustus 2021. Langkah ini diinisiasi oleh salah satu warga setempat, Novendra Setiawan, yang juga merupakan dosen Universitas Muhammadiyah Malang.
Oleh karena pemasangan PLTS ini merupakan program kampus, Masjid KH Ahmad Dahlan bisa memperoleh energi terbarukan secara gratis. Peralatan seperti panel, inverter, dan baterai diimpor dari India. Pemasangannya pun hanya memakan waktu empat hari. Terbaru, telah ada 4 panel surya yang menyuplai 800 watt listrik masjid. Meskipun instalasi awal hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan listrik masjid, langkah ini menunjukkan komitmen terhadap energi bersih.
3. Masjid Al-Hikmah, Surabaya
Berlokasi di Rungkut, Surabaya, masjid ini memanfaatkan energi matahari untuk operasionalnya. Pemasangan PLTS ini dilakukan melalui program hibah dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), dengan bantuan teknis dari Utomo SolaRUV. Setelah pemasangan, masjid mengalami penghematan biaya listrik, memungkinkan penggunaan AC tanpa khawatir akan biaya yang membengkak.
4. Masjid Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islami PP Yami, Lombok Timur
Masjid ini telah memasang panel surya berkapasitas 4.700 Wp, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik masjid, tetapi juga mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah dan penerangan jalan sekitar. Selain itu, tujuh rumah warga juga mendapatkan subsidi aliran listrik dari panel surya masjid, dan pompa air yang sebelumnya tidak berfungsi kini kembali beroperasi. Inisiatif ini juga telah memberdayakan masyarakat rentan—membantu pengairan kebun milik warga dan komunitas perempuan tani.
5. Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Arab Saudi
Dua masjid suci ini telah mengambil langkah besar dalam penggunaan energi terbarukan dengan memasang PLTS atap. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah Arab Saudi dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan. Teknologi yang digunakan mencakup panel surya berkualitas tinggi yang mampu menghasilkan listrik dalam jumlah besar.
Harapannya, penerapan teknologi hijau ini dapat mengurangi konsumsi energi konvensional dan emisi karbon, serta menurunkan biaya operasional jangka panjang
Mengapa masjid cocok dengan PLTS?
Studi Elshurafa et al juga memaparkan bahwa karakteristik bangunan masjid cocok dengan PLTS atap. Atap masjid yang luas tanpa banyak hambatan struktur memungkinkan pemasangan panel surya dalam jumlah besar. Ini menjadikan masjid sebagai bangunan ideal untuk dipasangi PLTS dibandingkan bangunan lain yang memiliki keterbatasan ruang atap.
Selain itu, beban listrik masjid yang stabil dan dapat diprediksi cocok dengan pemasangan PLTS. Ini dikarenakan jadwal penggunaan listriknya bergantung pada waktu salat lima kali sehari.
Dengan pola konsumsi yang teratur ini, energi yang dihasilkan oleh panel surya dapat dimanfaatkan secara optimal, dan kelebihan energi dapat disalurkan ke jaringan listrik melalui mekanisme net metering.
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terik dan panel surya menghasilkan daya maksimum, masjid menggunakan listrik untuk pendingin ruangan, pencahayaan, dan pengeras suara. Hal ini memungkinkan masjid untuk menggunakan listrik dari panel surya secara langsung dan mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik konvensional.
Secara umum, pemasangan PLTS atap pada masjid dapat menghemat biaya listrik hingga lebih dari 50% per tahun, terutama jika dikombinasikan dengan mekanisme net metering yang memungkinkan masjid menjual kelebihan listrik ke jaringan. Sebuah studi di Riyadh menunjukkan bahwa dengan investasi awal sebesar US$1.18 atau Rp. 19.466,99 per watt, masjid dapat secara signifikan menekan biaya operasional listriknya.
Apa saja tantangannya?
Meskipun manfaatnya signifikan bagi negara maupun warga, implementasi PLTS di masjid masih menghadapi tantangan, seperti biaya awal yang tinggi serta kurangnya pengetahuan teknis di lingkup masyarakat.
Namun, Indonesia bisa mendapat dukungan dari organisasi keagamaan yang memiliki anggota dan aset yang besar. Muhammadiyah, misalnya, sebagai organisasi islam terbesar yang memiliki kekayaan mencapai Rp400 triliun, dapat mengalokasikan dana hibah untuk membantu mengurangi beban biaya instalasi awal energi terbarukan di masjid-masjid.
Universitas atau lembaga penelitian juga dapat menyediakan sumber daya manusia dan pengetahuan teknis untuk instalasi dan perawatan PLTS. Upayanya dapat berupa menyediakan sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat energi terbarukan guna mendorong partisipasi dan dukungan komunitas dalam proyek-proyek serupa.