Memaksimalkan Potensi Energi Surya di Indonesia: Langkah Menuju Masa Depan Bersih dan Berkelanjutan
Novaeny Wulandari • Penulis
10 Maret 2024
13
• 3 Menit membaca

Indonesia, merupakan negara dengan matahari berlimpah, dan memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi surya sebagai sumber energi bersih. Namun, untuk memanfaatkan potensi ini secara optimal, diperlukan upaya bersama dalam merancang strategi pengembangan energi surya yang terukur dan berkelanjutan.
Berdasarkan penelitian dari Australian National University, Indonesia memiliki potensi energi surya yang jauh lebih besar daripada konsumsi listrik saat ini. Diperkirakan bahwa pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bisa menggantikan sebagian besar pasokan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Untuk mencapai hal ini, Indonesia perlu mengembangkan PLTS dengan kapasitas sebesar 3700 Gigawatt (GW).
Pada tahun 2050, Indonesia berpotensi menjadi negara yang tidak lagi bergantung pada energi fosil. Semua kebutuhan energi, mulai dari transportasi, industri, hingga peralatan memasak, diproyeksikan dapat dipenuhi dari sumber energi surya.
Dengan konsumsi listrik diprediksi mencapai 9000 terrawatt jam (TWh) – meningkat 30 kali lipat dibandingkan dengan saat ini yang sebesar 300 TWh. Kebutuhan listrik tersebut bisa tercukupi oleh sekitar 10 miliar panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 7 terrawatt (TW), yang tersebar di seluruh penjuru negeri.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan peta jalan yang jelas dalam pengadaan dan pengembangan infrastruktur panel surya. Hal ini mencakup pengadaan panel surya dalam jumlah besar, penempatan di berbagai lokasi strategis seperti atap bangunan, lahan bekas tambang, dan bahkan di atas perairan laut. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kapasitas produksi panel surya domestik saat ini mencapai 1.600 megawatt-peak (MWp) per tahun.
Meskipun angka tersebut sesuai dengan target penambahan PLTS yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sekitar 300-400 gigawatt (GW) hingga tahun 2060, namun masih jauh dari cukup. Terlebih lagi, untuk mencapai transisi menuju kondisi nol emisi (net zero emissions), Indonesia membutuhkan energi surya sebesar 3.700 GW. Oleh karena itu, kapasitas produksi saat ini masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sedangkan Indonesia memiliki potensi sumber daya pasir kuarsa yang besar, bahan baku utama dalam pembuatan panel surya. Dengan jumlah cadangan yang mencapai 330 juta ton, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi produsen panel surya terkemuka di dunia. Pasir kuarsa yang tersebar di berbagai wilayah, dari Aceh hingga Papua Barat, memiliki kualitas yang memenuhi standar industri panel surya global.
Mendorong Potensi Energi Melalui PLTS atap
Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap merupakan salah satu solusi cepat dan efisien bagi Indonesia dalam meningkatkan pasokan energi yang ramah lingkungan.
PLTS atap tidak memerlukan lahan khusus seperti PLTS konvensional yang dipasang di tanah. Panel surya dapat dipasang di berbagai lokasi seperti rumah, gedung perkantoran, tempat parkir, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, tempat ibadah, gudang, dan pabrik.
Hingga Desember 2023, data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa sekitar 8.491 pelanggan PLN telah memasang PLTS atap di rumah mereka. Total kapasitas yang dihasilkan mencapai 141 megawatt (MW), hampir setara dengan kapasitas PLTS terapung Cirata di Jawa Barat.
Dengan memaksimalkan potensi energi surya, Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang bersih dan berkelanjutan. Langkah-langkah ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga akan membawa dampak positif terhadap lingkungan dan ekonomi. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat menjadi salah satu pemimpin dalam transisi energi global menuju sumber energi terbarukan.