Strategi Green Shipping, Solusi Pengurangan Karbon

Novaeny Wulandari Penulis

11 Maret 2024

total-read

2

4 Menit membaca

Strategi Green Shipping, Solusi Pengurangan Karbon

Green Shipping, atau pengiriman hijau, telah menjadi fokus utama dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri kemaritiman. Konsep ini bertujuan untuk meminimalkan jejak karbon dan pencemaran udara serta air yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil pada sektor transportasi laut, dengan mendorong penggunaan energi ramah lingkungan.

International Maritime Organization (IMO) telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon yang berasal dari kapal sebesar 40 persen pada tahun 2030, dan mengurangi setengah dari total emisi gas rumah kaca pada tahun 2050 sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi masalah lingkungan.

Green shipping mencakup berbagai strategi dan teknologi, semuanya memiliki tujuan yakni:

  1. Mengurangi Emisi Karbon: Dengan memanfaatkan bahan bakar yang lebih bersih dan menerapkan teknologi yang efisien secara energi, pelayaran hijau berupaya untuk mengurangi emisi karbon dari aktivitas maritim.
  1. Meminimalkan Pencemaran Udara dan Air: Melalui penerapan praktik bersih dan teknologi kontrol emisi, pelayaran hijau bertujuan untuk meminimalkan pencemaran udara dan air yang disebabkan oleh operasi maritim.
  1. Mendorong Keseimbangan Ekologis: Pelayaran hijau berusaha untuk mempromosikan keseimbangan ekologis dengan mengurangi dampak negatif dari aktivitas maritim terhadap ekosistem laut.

Sebagai penopang penting perdagangan global, green shipping menghadapi beberapa tantangan supaya bisa menjadi keberlanjutan. Skala besar industri ini berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global, polusi udara, dan gangguan pada ekosistem laut. Sedangkan tantangan-tantangan ini berasal dari, kapal yang membakar bahan bakar berat, operasi maritim yang melepaskan emisi, pembuangan air ballast, dan kebisingan suara kapal. 

Dalam konteks industri maritim, transisi energi merupakan evolusi signifikan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Serta tanggung jawab terhadap lingkungan. Beberapa inisiatif yang perlu didorong, diantaranya:

Dekarbonisasi dan Pengurangan Emisi

Industri pelayaran bertanggung jawab atas sekitar 2.3 persen dari emisi CO2 global, dan transisi hijau industri ini bertujuan untuk secara signifikan mengurangi jumlah ini dengan mengadopsi bahan bakar yang lebih bersih, meningkatkan efisiensi kapal, dan menginvestasikan teknologi inovatif.

Bahan Bakar dan Sumber Energi Alternatif

Sebagai bagian dari transisi hijau, industri pelayaran sedang mengeksplorasi alternatif dari bahan bakar berat tradisional. Jangka panjang, pengembangan dan adopsi luas bahan bakar semacam itu akan menjadi krusial dalam mendekarbonisasi sektor pelayaran.

Kemajuan Teknologi

Transisi hijau mendorong kemajuan teknologi yang signifikan dalam industri pelayaran, semua bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi emisi, dan mengoptimalkan operasi.

Kolaborasi dan Target Industri

Pemerintah, perusahaan pelayaran, badan regulasi, dan otoritas pelabuhan bekerja sama untuk menetapkan standar dan pedoman industri untuk praktik yang berkelanjutan.

Kerangka Regulasi dan Kebijakan

Untuk memfasilitasi transisi hijau, pemerintah dan badan internasional menerapkan kerangka regulasi dan kebijakan yang menegakkan pengurangan emisi dan langkah-langkah keberlanjutan dalam pelayaran.

Green Shipping menjadi fokus utama dalam upaya mendukung target Pemerintah Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission 2060. Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika (PRTH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko, menegaskan bahwa fokus utama dari green shipping adalah mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar fosil pada transportasi laut.

“Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika sangat mendukung green shipping tersebut dengan fokus pada riset dan inovasi dalam bidang Hidrodinamika.” tegas Widjo dikutip dari laman BRIN, Sabtu 1 Maret 2024.

PRTH BRIN secara aktif terlibat dalam riset dan inovasi, termasuk pengembangan teknologi seperti air bubbles hull lubrication, hull point, advanced propeller & rudder, dan sail system untuk mendukung praktik green shipping di Indonesia.

Sebagai salah satu negara anggota IMO, Indonesia memiliki peran strategis dalam menciptakan pelayaran dan lingkungan laut yang lebih hijau dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan serangkaian regulasi aksi mitigasi, termasuk kewajiban penggunaan bahan bakar rendah sulfur, penggunaan scrubber untuk membersihkan gas buang, peremajaan kapal, serta melaporkan konsumsi bahan bakar kapal untuk semua kapal yang berbendera Indonesia.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Capt. Antoni Arif Priadi, menekankan pentingnya peran semua pelaku industri maritim dalam menurunkan emisi karbon di sektor pelayaran. Indonesia bersama dengan Denmark telah menunjukkan komitmennya untuk mengatasi isu perubahan iklim melalui kerja sama bilateral dan regional untuk menjaga lingkungan laut dari dampak kegiatan eksploitasi lepas pantai.

“Sektor pelayaran internasional menyumbang sekitar dua hingga tiga persen dari emisi karbon/gas rumah kaca secara global. Untuk itu, semua pelaku industri maritim perlu berperan aktif dalam menurunkan emisi karbon (dekarbonisasi) di sektor pelayaran.” terang Capt Antoni dikutip dari laman dephub.go.id, Sabtu 1 Maret 2024.

Dengan menerapkan strategi dan solusi green shipping ini, Indonesia dapat bergerak menuju masa depan transportasi laut yang lebih ramah lingkungan, mendukung target pengurangan emisi karbon, dan melindungi ekosistem laut.

Populer

Terbaru